TERKINI– Minat masyarakat akan produk kuliner paling lama akan bertahan selama enam bulan. Konsumen mendatangi pusat kulier baru hanya untuk memenuhi rasa penasaran. Setelah mencoba, lalu bosan dan mencari kulier lain. Pandangan tersebut diungkapkan pakar ekonomi dan pengamat bisnis kuliner dari Institut Manajemen Wiyata Indonesia (IMWI) Sukabumi, Bambang Somantri.
Berdasarkan survei yang dilakukannya, masyarakat Sukabumi mudah bosan terhadap kuliner yang tidak memiliki variasi rasa. ” Saya sudah melakukan survei ke beberapa tempat kuliner, daya dan minat beli masyarakat akan kuliner hanya bertahan 6 bulan. Sudah pernah nyobain dan tahu rasanya, setelah itu mereka bosan dan mencari kuliner baru,” kata Bambang, saat diwaaancara di kampusnya belum lama ini.
Menurut dia, para penggiat usaha kuliner harus berpikir tentang bisnis kuliner yang berkelanjutan dan tidak membosankan di lidah konsumen. Salah satunya kuliner masakan Sunda. Masakan Sunda lebih lama bertahan dan tidak berkurang peminatnya. “Karena memiliki citarasa khas dan tidak membosankan. Ada beberapa rumah makan Sunda di Jalan A. Yani dan di Sukaraja, masih tetap bertahan dalam kurun waktu puluhan tahun karena memiliki cita rasa khas,” terang dia.
Dia mengungkapkan, saat ini banyak usaha kuliner yang dibanjiri pengunjung pada awal dibuka. Namun sepi setelah beberapa bulan. Bahkan, tidak sedikit yang glung tikar karena sepi peminat. “Contohnya kuliner luar negeri seperti Buger King, masakan Korea hanya bisa bertahan beberapa bulan. Pada acara pembukaan tampak booming sampai orang berdesak-desakan. Namun sekarang sepi,” ungkapnya.
Untuk menyiasatinya, Bambang menyarankan agar pengusaha kuliner melakukan penganekaragaman rasa dan menu baru agar tidak ditinggalkan pelanggan yang cenderung gampang bosan. Pengusaha tidak menunggu sebuah produk menurun peminatnya. “Sebelum terjadi decline, pemilik restoran atau rumah makan harus bergegas mengganti produk atau menu sebagai bentuk inovasi,” kata dia.
Menurutnya, dalam industri makanan hanya ada dua sifat konsumen, suka dan tidak suka. Ketika rasa bosan sudah datang, menu lama pasti akan ditinggalkan. “Berbeda dengan bisnis fashion. Model pakaian orang biasanya tidak berubah-ubah, tergantung musim dan modenya,” ujarnya. (Asep Hedrayana)