TERBARU – Dinas Kesahatan (Dinkes) Kota Sukabumi terus berupaya menekan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Kota Sukabumi. Berbagai program diluncurkan termasuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan melengkapi fasilitas kesehatan untuk masyarakat.“Untuk mengendalikan dan menekan angka AKI dan AKB, tidak hanya berbasis pada kesehatan ibu dan bayi, namun faktor – faktor external seperti lingkungan dan layanan kesehatan juga harus diperhatikan,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, dr Ritanenny seusai menghadir workshop di salah satu hotel di kota Sukabumi, kemarin, (11/06).
Menurutnya, saat ini AKI dan AKB di Kota Sukabumi masih terkendalikan. Hal tersebut tambah dia, dibuktikan dengan tidak masuknya Kota Sukabumi dalam catatan penyumbang terbesar AKI dan AKB di tingkat Jawa Barat dan nasional.“AKI dan AKB di Kota Sukabumi terkendali, kita tidak menjadi penyumbang terbesar di provinsi dan nasional,” jelasnya.
Berdasarkan data Dinkes tahun 2017, jumlah AKI di Kota Sukabumi sebanyak delapan orang dan AKB kurang dari 40. Kemudian menurun di semester 1 tahun 2018 yakni, AKI berjumlah delapan orang dan AKB berjumlah 20 bayi. Namun untuk memastikan jumlah total AKI dan AKB di tahun 2018 ini, dia menjelaskan masih harus melakukan audit terhadap angka hasil laporan kasar.“Kita masih harus melakukan audit bersama puskesmas di setiap kecamatan. Masih ada waktu dua bulan untuk memastikan jumlah AKI dan AKB di tahun 2018,” jelasnya.
Menurutnya, saat ini masyarakat sudah lebih melek kesehatan dan banyak yang menggunakan tenaga kesahatan atau bidan untuk persalinan. Namun jika ada yang masih menggunakan jasa dukun bayi (paraji) puskesmas wajib melakukan pendampingan agar terhindar dari proses bersalin yang dipaksakan.“Artinya bukan kita mengeliminasi paraji, namun merangkul dan memberikan pendampingan kepada mereka agar lebih mengetahui proses persalinan yang sesuai dengan standar kesehatan,” tuturnya. (asep hendrayana)