TERKINI – Kekurangan fisik tidak menghambat seorang anak di Kabupaten Sukabumi menuntut ilmu di sekolah dan belajar agama. Adalah Mukhlis Abdul Kholik alias Adul pelajar kelas 3 SDN 10 Cibadak. Pelajar berusia 8 tahun ini banyak menginspirasi pelajar lainnya yang memiliki cita-cita setinggi langit. Simak kisahnya!
DILA NOVIANTI, Sukabumi
BIBIR Adul tak pernah berhenti tersenyum. Dalam keterbatasan fisik, ia berjalan menggunakan kedua tangannya sebagai tumpuan berjalan menuju tempat ia menimba ilmu.
Jarak dari kediaman Adul di atas perbukitan yakni di Kampung Cikiwul Tonggoh RT 01 /01 Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak, sekitar 3 kilometer untuk sampai ke sekolah. Bercita-cita ingin menjadi petugas pemadam kebakaran, semangat Adul tak pernah surut mengeyam pendidikan.
Tak heran jika semua teman-teman Adul menjadikannya sebagai sosok penuh motivasi. Kelainan fisik pada bagian kakinya dialami Adul sejak lahir. Ia tak bisa berjalan normal layaknya anak seusianya.
Untuk berangkat ke sekolah dan ke masjid bukan hal yang mudah bagi Adul. Namun ia tak pernah mengeluh. Semua dilakoninya dengan sabar dan ikhlas.
Kepala SDN 10 Cibadak, Epi Mulyadi, mengatakan sejauh ini tak ada kendala meskipun Adul mengalami keterbatasan fisik. Tak ada yang diistimewakan dari Adul karena pelajar itu betul-betul mandiri.
“Adul ini kan difabel fisik. Nonfisiknya dia normal. Hanya sedikit berbeda dalam kemampuan berbicara namun itu bukan kendala serius. Jadi konsep pengajarannya sama dengan siswa lainnya. Kami beruntung karena Adul termasuk siswa cerdas,” terang Epi kepada wartawan, belum lama ini.
Pihak sekolah berharap pemerintah bisa membantu mengatasi masalah fisik Adul, sehingga tidak harus merangkak untuk bergerak.
“Saya sudah sampaikan bisa model tongkat khusus atau kaki palsu khusus untuk membantu Adul berjalan,” pungkasnya.
Perwakilan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mendatangi SDN 10 Cibadak untuk melihat langsung kondisi Adul. Mereka merupakan pegawai Subdirektorat Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Kemendkbud.
“Adul merupakan anak yang mengikuti kegiatan belajar di sekolah umum, bukan sekolah inklusif. Kami memantau pelayanan sekolah pada anak berkebutuhan khusus seperti Adul,” jelas Kasubdit PKLK Kemendikbud RI, Atik Rahmat.
Kemendikbud sangat konsen dengan pelayanan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus seperti Adul. Sehingga Adul tumbuh sebagai anak yang kuat dan penuh semangat untuk belajar.
“Untuk itu kami memberikan apreasi tinggi pada jajaran SDN 10 Cibadak karena melayani Adul dengan baik seperti siswa normal lainnya. Saya juga kaget ternyata SDN 10 Cibadak bukan sekolah inklusif tapi berani menerima siswa berkebutuhan khusus dan berhasil memberikan pelayan yang baik,” pungkasnya. (*)